Kamis, 18 Februari 2016

LIRIK LAGU



Sepenggal lirik lagu favoriteku dari westlife :)

 MY LOVE
 
Jalanan terasa sepi
Rumah terasa kosong
Terasa ada lubang di hatiku
Aku sendiri
Semua ruang terasa semakin sempit
Aku bertanya-tanya bagaimana semua terjadi

Aku bertanya-tanya kenapa semua terjadi
Aku bertanya-tanya dimanakah
Hari-hari kebersamaan kita dulu
Lagu-lagu yang kita nyanyikan bersama

Aku kan bertahan
Merengkuh cinta yang tampak begitu jauh
Maka kupanjatkan doa
Dan berharap mimpi-mimpiku kan membawaku ke sana
Ke tempat di mana langit biru
Tuk bertemu denganmu sekali lagi
Cintaku
Seberangi lautan

Tuk temukan tempat yang paling kusuka
Di mana ladang menghijau
Tuk bertemu denganmu sekali lagi

Kucoba membaca
Aku pergi bekerja
Aku bercanda tawa dengan teman-temanku
Tapi tak bisa kuberhenti memikirkan(mu)
Tuk mendekapmu
Tuk berjanji padamu,
Tuk katakan padamu dari hatiku

Engkaulah yang selalu kupikirkan
Kan kurengkuh cinta yang tampak jauh

Selasa, 26 Januari 2016

Materi Sekolah



Materi kelas XI semester 2
Menyibak Kasus Pelanggaraan Hak Dan Pengingkaran Kewajiban Warga Negara
A.     Hakikat Dan Kewajiban Warga Negara
1.      Makna Hak Warga Negara
Hak merupakan semua hal yang harus kalian peroleh atau didapatkan. Hak bisa berbentuk kewenangan atau kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Hak yang diperoleh merupakan akibat dari dilaksanakannya kewajiban. Dengan kata lain hak baru bisa diperoleh bila kewajiban sudah dilakukan.
Hak asasi adalah hak yang melekat pada diri setiap pribadi manusia. Berbeda dengan hak warga Negara yaitu seperangkat hak yang melekat dalam diri manusia dalam kedudukannya sebagai anggota dari sebuah Negara. Hak asasi sifatnya universal, tidak terpengaruh status kewarganegaraan seseorang. Akan tetapi hak warga Negara dibatasi oleh status kewarganegaraannya. Dengan kata lain, tidak semua hak warga Negara adalah hak asasi manusia, akan tetapi dapat dikatakan bahwa semua hak asasi manusia juga merupakan hak warga Negara.
Hak warga Negara meliputi :
a.       Hak asasi manusia tertenu yang hanya berlaku sebagai konstitusional bagi warga Negara Indonesia saja. Misalnya :
1)      Dalam pasal 28 D ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang menyatakan setiap warga Negara berhak atas kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
2)      Pasal 27 ayat (2) tentang warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
3)      Pasal 27 ayat (3) tentang berhak dan wajib ikutnya warga Negara dalam pembelaan Negara.
4)      Pasal 30 ayat (1) tentang berhak dan wajib ikutnya warga Negara dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara.
5)      Pasal 31 ayat (1) tentang berhaknya warga Negara mendapatkan pendidikan.
Menurut Jimly Asshiddiqie dalam artikelnya hak warga Negara Indonesia meliputi hak konstitusional dan hak hukum. Hak konstitusional adalah hak-hak yang dijamin didalam dan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sedangkan hak-hak hukum timbul berdasarkan jaminan Undang-Undang dan peraturan perundang-undangan dibawahnya.
2.      Makna Kewajiban Warga Negara
Kewajiban dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Dengan demikian kewajiban warga Negara dapat diartikan sebagai tindakan akan perbuatan seorang warga Negara sebagaimana diatur dalam ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Kewajiban asasi merupakan kewajiban dasar setiap orang. Dengan kata lain, kewajiban hak asasi terlepas dari status kewarganegaraan yang dimiliki oleh orang tersebut. Sementara itu, kewajiban warga Negara dibatasi oleh status kewarganegaraan seseorang, akan tetapi meskipun  demikian konsep kewajiban warga Negara memiliki cakupan lebih luas karena meliputi pula kewajiban asasi. Hak dan kewajiban warga negara merupakan dua hal yang berkaitan. Seseorang mendapatkan haknya, dikarenakan dipenuhinya kewajiban yang dimilikinya.

Jumat, 22 Januari 2016

Cerpen Remaja


cerpen remaja
Buatan sendiri, maaf kalau ceritanya kurang menarik :)
selamat membaca>>   
 Kamu
“Pak Ara tunggu, jangan tutup gerbangnya..” lariku semakin cepat, mengejar waktu yang terus berjalan detik demi detiknya. Dan jika langkah ku kalah olehnya maka tamatlah riwayatku. 
 “Terima..kasih pak, saya..berhutang budi ..pada pak Ara,” ujarku sambil memburu nafas.
 “Kamu lagi, cepat! kelas sudah dimulai,” balas pak Ara yang mungkin sudah bosan melihatku setiap pagi berlari untuk berlomba dengan waktu menuju gerbang sekolah. 
Entah mengapa setiap pagi aku selalu saja terlambat masuk sekolah, padahal aku sudah berusaha bangun pagi namun tetap saja telambat, sehingga teman-temanku menjulukiku sebagai si ratu ngaret. Ya mungkin ini kutukan yang aku dapatkan atau memang aku malas untuk berangkat pagi. Entahlah itu masih menjadi misteri sampai sekarang. Walau pun aku dijuluki si ratu ngaret, tetapi sahabatku malah sebaliknya. Dia selalu datang paling pagi bahkan dia orang paling rajin dikelas. Sangat berbanding terbalik bukan dengan kebiasaanku.
***
“Frey!! Kita ke kantin yuk!” ajak Gia sambil merampas pensil yang sedang aku gunakan untuk meulis pekerjaan rumahku yang lupa aku kerjakan dirumah.
“Ih sini pensilnya sebentar lagi selesai nih,” kesalku merampas balik pensilku.
Lalu kami menuju ke kantin sekolah untuk makan siang. Saat sampai disana Gia membisik ke telingaku bahwa ada Trial yang sedang makan sendirian. Trial adalah  laki-laki yang aku suka, dia seangkatan denganku hanya saja dia XI-4 Jurusan MIPA. Aku sudah lama sekali suka padanya, namun sampai sekarang aku dan dia hanya sebatas teman saja, mungkin cintaku bertepuk sebelah tangan.
“Samperin yuk!” Gia langsung menarikku tanpa menunggu persutujuan dariku.
Aku dan Gia akhirnya duduk bersampingan dengan Trial, namun sepertinya Trial tidak menyadari kehadiran kita berdua saking focus dengan makanan dan headset yang dipakainya. Namun itulah yang aku suka darinya, dia selalu terlihat tenang, bagiku dia seperti ice cream yang dalam diamnya terlihat cold, dalam senyumnya terasa manis dan saat berbicara pun terdengar lembut. Dia yang membuatku lebih dari sekedar suka, bisa dibilang aku sudah jatuh hati padanya. Entah sampai kapan ini akan berakhir menjadi kisah “kita” namun aku percaya suatu saat Trial akan melihatku.
“Hey! Jangan mengkhayal saja,” suara Gia mengagetkanku.
“Eh, maksudnya?” tak mengerti yang dikatakan Gia.
“Sudahlah, pasti sedang mengkhayal tentang Trial ‘kan?” Ucapan Gia membuatku senyum-senyum tak karuan. Untung saja Trial sudah pergi, jika tidak aku sudah malu.
“Jangan mulai Gi,” jawabku dengan pipi seperti kepiting rebus.
“Iya.. iyaa, sudah yuk! kita ke kelas lagi,”
Aku dan Gia pun pergi meninggalkan kantin menyusul Trial yang sudah berjalan menuju kelasnya yang kebetulan satu arah dengan kelasku. Sesampainya di kelas seperti biasa selalu ada bunga mawar dan roti diatas mejaku. Hampir setiap jam istirahat selalu saja ada. Namun sampai saat ini aku tak tahu siapa yang mengirimkannya untukku. Dan telah tertera dalam secarik kertas “dari pengagum rahasia”. Aku sangat penasaran. Aku pernah mencoba menyelidiki namun rupanya dia terlalu pintar untuk menjadi pengagum rahasia si pemalas sepertiku.
***
Bel pulang sudah berbunyi, ku putuskan untuk tidak langsung pulang ke rumah. Aku ingin membeli beberapa novel ditoko buku. Ya memang membaca novel adalah salah satu hobiku yang membuatku lupa akan waktu. Sampai ibuku penah berniat untuk membuang koleksi novel-novelku, namun untungnya aku sudah bekerja sama dengan Bu Dija, asisten rumah tangga dirumahku untuk mengatakan bahwa Bu Dija saja yang akan membuang novel-novelku, namun nyatanya, Bu Dija menyimpakkan novel-novelku dilemarinya. Beliau memang paling mengerti aku.
Saat sampai ditoko buku, aku bertemu dengan Ilham, salah satu sahabat dekatku. Aku sering memanggilnya kakak karena memang dia terpaut satu tahun lebih tua dariku namun seangkatan karena dia terlambat saat masuk sekolah dasar. Aku sangat dekat sekali dengannya sampai ibu telah mempercayai kak Ilham untuk menjagaku dan membatuku berubah dalam sikap maupun dalam pelajaran. Namun tetap saja rasa malasku tak pernah terkalahkan.
“Kak Ilham.. “ sapaku sambil melampaikan tangan
“Oh,hay frey! Lagi nyari novel apa lagi?” Tanya kak Ilham yang sudah tahu apa lagi yang akan aku beli selain novel.
“Tahu saja kak, kalau Freya mau beli novel,” aku hanya tersenyum
“Memangnya apa lagi yang akan kamu beli ke toko buku selain novel,” ledek ka Ilham, yang aku balas dengan juluran lidah tanda tak peduli. Kak Ilham hanya tertawa kecil.
“Bayarin yah!” dengan wajah memaksa versiku
“Dasar gadis doyan gratisan,” dipukul pelannya kepalaku yang aku balas tengan tawa kecil
Setelah mendapatkan apa yang aku inginkan, kak ilham mengajakku untuk mencari tempat makan. Kebetulan aku juga sudah merasakan cacing-cacing diperutku melakukan konser. Setelah beberapa menit mencari tempat makan yang tepat, kami memutuskan makan direstaurant seberang kompleks rumah kak ilham.
“Mau pesan apa frey?” sambil melihat daftar menu.
“Samain aja deh!” senyumku
“Oh ok, nasi hitam sama jus melon 2 ya mbak!” ujar kak Ilham kepada salah satu pelayan restaurant.
***
Setelah selesai makan, kak Ilham mengantarkanku pulang. Padahal rumahku dan kak Ilham berbeda arah, namun kak ilham sengaja ingin mengantarkanku dengan alasan langit sudah mulai gelap tanda hujan akan turun, dan jika aku kehujanan maka dia tak enak kepad ibuku. Maka dari itu aku terima tawaran kak Ilham. Namun ditengah perjalanan hujan turun dan bertambah deras saja. Kami putuskan untuk berhenti dan berteduh didepan toko yang sudah tutup sambil menunggu hujan reda.
“Nih pakai, takutnya masuk angin!” kak ilham memberikanku jaket yang baru saja dilepasnya.
“Wah so sweet,” senyumku sambil mengedip-ngedipkan mataku yang dibalas muka jijik kak Ilham. Kami terhanyut dalam canda gurau dan lupa jika hujan sudah reda.
***
Lama-lama aku merasa bosan, aku putuskan untuk keluar kamar dan mencari makanan didapur. Hari ini aku tidak masuk sekolah karena tak enak badan. Kak Ilham merasa bersalah dan terus mengirimiku sms kata maaf berulang-ulang, dia berfikir bahwa karena dia aku sakit. Padahal aku sudah katakan itu bukan kesalahannya.
Aku keluar rumah sebentar untuk menghirup udara segar, namun didepan pintu kamarku sudah terdapat setangkai mawar dan boneka beruang serta secarik kertas bertuliskan “Cepat sembuh ya, matahariku tak boleh sakit, jika kau sakit bunga mawar ini tak akan bisa tumbuh tanpamu!”. Pasti ini dari pengagum rahasia itu lagi gumanku dalam hati. Membuat penasaran orang saja. Ku simpan boneka itu bersama barang-barang lainnya yang kudapatkan dari pengagum rahasia itu.
Kuputuskan untuk menonton televisi saja karena aku sudah bosan mondar-mandir tak karuan begini. Saat sedang asyik makan sambil menonton televisi, Gia datang dengan nafas tersenggal-senggal seperti maling yang dikejar warga. Ternyata Gia membawa kabar buruk untukku. Dadaku terasa sesak seperti tertimbun batu beribu-ribu kg. aku hanya bisa terdiam tanpa kata.
 “Sudahlah frey, ini sudah hampir 1 jam!” Gia terus menenangkanku
“Tapi Gi, dia pernah bilang kalau pacaran itu dosa dan dalam agama pun dilarang, terus kenapa sekarang malah dia makan omongannya sendiri,” kesalku semakin menjadi
“Mungkin kita salah tentang dia Frey, sudahlah!”
Aku hanya tak menyangka saja, dulu saat ada teman yang sekelas dengannya menyatakan suka padanya dia bilang “jika kamu mencari pacar, jangan datang padaku. Tapi kalau mencari teman, aku terbuka untuk siapa saja”. Namun nyatanya sekarang dia menyukai seseorang dan bahkan dikabarkan mereka telah pacaran. Sekarang kuputuskan untuk mencoba melupakannya, meski aku rasa itu cukup sulit karena aku sudah lama sekali menyukai Trial bahkan dari aku masih duduk dibangku sekolah menengah pertama.
***
Minggu pagiku dibangunkan oleh hangatnya cahaya mentari yang masuk lewat sela-sela tirai dikamarku. Pagi ini entah kenapa aku ingin sekali lari pagi dan kebetulan aku sudah lama tidak lari pagi karena satu alasan dan hanya satu-satunya alasan yang selalu aku pakai yaitu “malas”. Namun entah kebetulan atau memang takdir saat aku sedang asyik berlari, tiba-tiba handuk kecilku jatuh dan saat akan mengambilnya sudah ada tangan yang memegang handukku. Segera ku tengok siapa pemilik tangan itu, dan betapa kagetnya aku sampai aku duduk terjatuh.
“Oh maaf, ini punyamu?” sambil menjulurkan tangannya untuk membantuku
“Hmm..terimakasih,” senyumku kaku dengan wajah tak percaya
“Freya ‘kan?” aku terkejut karena Trial tahu namaku
Dalam hatiku penuh tanya apa dia benar-benar mengenalku, terkenalkah aku disekolah? Atau dia tahu semua nama satu sekolah. Entahlah aku tak peduli lagi.
“Hallo, ada orang disini!”
Aku hanya terdiam dan lari begitu saja meninggalkan Trial yang heran akan tingkahku. Aku sudah tak peduli lagi apa yang akan dipikirkan Trial tentangku. Mungkin dia akan berpikir aku adalah perempuan yang aneh yang pernah ia temui.
***
Setelah pertemuanku dan Trial kemarin, entah kenapa aku dan Trial selalu saja bertemu bahkan kami sering mengobrol, entah itu tentang pelajaran sekolah ataupun yang lainnya. Kedekatan ini membuatku semakin menyukainya dan membuatku lupa akan niat untuk melupakannya, ditambah lagi soal Trial mempunyai pacar hanya berita burung saja. Namun diluar itu aku juga sangat dekat sekali dengan kak ilham sehingga teman-temanku menganggap aku dan kak ilham itu pacaran. Namun untuk sekarang aku sangat senang dan nyaman bersama Trial.
Siang ini setelah pulang sekolah aku dan Trial berencana untuk membeli buku matematika edisi kumpulan soal-soal UN. Aku sangat senang karena ini kesempatanku untuk jalan berdua dengannya. Namun tiba-tiba saja ada yang memanggil Trial, seorang perempuan cantik yang aku rasa bukan dari sekolah ini.
“Trial!!” panggilnya sambil melambaikan tangan
“Oh hai Vi!” balas Trial ramah
Aku hanya tersenyum dengan pikiran yang penuh dengan tanda Tanya. Siapa perempuan ini? Apa dia kenal Trial? Apa mereka dekat? Apa yang aku tidak tahu tentang mereka?
“Ada apa sampai datang ke sekolah?” lanjut Trial
“Aku disuruh ibu untuk menjemputmu,”
Apa yang dia katakan “ibu” bahkan ibunya Trial saja dia panggil ibu, sedekat itukah mereka? hatiku sudah mulai panas. Oh tuhan aku ingin lari sejauh-jauhnya. Aku sangat marah pada diriku sendiri. Kenapa aku mudah sekali terbawa suasana dan akhirnya malah mendapat ampas dari rasa percaya diriku bahwa Trial juga menyukaiku. Namun pada  akhirnya aku dan Trial tidak jadi pergi ke toko buku.
***
Ujian sekolah sudah semakin dekat, persiapanku sudah matang untuk menghadapi pertarungan yang sudah aku dan teman-teman lainya tunggu selama 3 tahu belajar disekolah ini. Aku yakin aku akan mendapatkan nilai yang memuaskan karena aku sudah mengorbankan waktu malamku untuk belajar sampai larut malam sekali. Semua ini karena Trial yang telah membantuku dalam memahami pelajaran, dan penyemangatku tentunya.
Setelah acara perpisahan sekolah aku langsung pulang ke rumah karena aku harus packing barang-barangku yang akan aku bawa ke Bandung. Namun akhir-akhir ini aku sangat merasa aneh melihat tingkah Gia, sepertinya dia ingin menyampaikan sesuatu tetapi ia ragu untuk mengatakannya. Namun aku tak terlalu memikirkannya. Aku dan Gia untuk kali ini berbeda universitas, karena dia memilih UGM dan aku memilih ITB untuk melanjutkan menggapai mimpi-mimpi kami.
Setelah satu tahun acara perpisahan itu akhirnya aku bisa bertemu dengan sahabatku, kami memutuskan bertemu dicaffe tempat biasa kita nongkrong saat masa SMA dulu. Sangat lama kami mengobrol sambil bercanda gurau, dan obrolan kami terpotong saat Gia ingin pergi ke toilet. Saat Gia pergi, handphone Gia berbunyi tanda line masuk. Saat ku lihat siapa pengirimnya aku terkejut bagaikan ada petir yang menyambarku tiba-tiba. Tak pernah terpikir, tak pernah terbayangkan kejadian ini menimpaku. Mengapa harus padaku? Rasanya aku ingin berteriak sekencang-kencangnya sampai suaraku hilang seperti kepercayaan yang telah aku berikan kepada Gia, sahabatku. Aku hanya bisa berlari, aku ingin marah ingin rasanya aku berteriak pada dunia bahwa ini begitu menyakitkan.
***
Gia terus menerus datang ke rumahku dan meminta maaf, dia menangis didepan pintu kamarku. Aku tak tahu harus bagaimana, aku bingung, kecewa. Mengapa Gia tak jujur kepadaku, bahwa sebenarnya gadis yang disukai Trial saat SMA adalah dirinya. Jika dia jujur dari awal aku pasti perlahan akan mengikhlaskan Trial untuknya.
“Frey maafkan aku, aku sungguh minta maaf Frey,” isak Gia dari luar pintu kamarku
Aku tak tega mendengar Gia terus merasa bersalah terhadapku, aku tahu Gia tak bermaksud menyakitiku, aku juga tahu bahwa perasaan itu datang mengalir seperti aliran sungai yang pada akhirnya bermuara ke laut.
***
Akhirnya aku memahami Gia, dan Gia pun telah jujur padaku bahwa pada awalnya Gia tak tahu bahwa Tril selama ini menyukainya hingga pada acara perpisahan itu Trial memberikan kancing baju keduanya kepada Gia. Trial mengira Gia yang suka padanya bukannya aku. Pantas saja saat setelah acara perpisahan Gia bertingkah aneh. Aku sudah mengikhlaskan mereka untuk bersama walau awalnya aku masih diam-diam menangis saat melihat mereka berdua bersama. Pada akhirnya aku sudah tak peduli lagi tentang laki-laki, sekarang aku hanya fokus untuk kuliahku. Namun aku harus berterima kasih, karena dengan kejadian ini aku banyak belajar bahwa cinta tak bisa hanya dengan satu pihak saja, dan terkadang kita butuh pengorbanan untuk bisa membahagiakan orang lain karena berkorban untuk orang lain menurutku lebih bahagia. Tetap saja rasa sakit ini susah sekali hilang meski sudah berusaha.
***
Kuputuskan untuk menerima lamaran dari laki-laki pilihan ibuku. Walau aku tak pernah mengenal dan bertemu dengannya tapi aku yakin, ibu telah memberikan yang terbaik untukku. Mungkin ini adalah jodoh yang terbaik yang diberikan Allah untukku. aku akan mencoba untuk mulai mencintainya seperti aku mencintai Trial dulu.
“Frey, kamu baik-baik saja?” tanya Gia mengkhawatirkanku
“Aku tak apa Gi,” senyumku mencoba untuk membuat Gia tidak khawatir
“Ya sudah, kamu siap untuk keluar?”
Aku hanya tersenyum dan mengangguk, jantungku terus berdegup kencang. Ku mulai melangkahkan kakiku menuju pintu dan hanya tertunduk dan berjalan menuju ibu dan ayahku. Dan didepan sudah duduk para pengantar dari calon suamiku. Saat aku mengangkat kepalaku betapa terkejutnya aku saat ku tahu siapa calon suamiku. Mungkinkah dia adalah si pengagum rahasiaku.
“Kak ilham?” Dia hanya tersenyum melihat ekspressi wajahku yang penuh rasa tak percaya.